PROPOSAL
SEMINAR NOVEL
SEPATU DAHLAN
A.
Latar
Belakang
Karya sastra merupakan hasil karya
cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai
medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku
kesusastraan, seperti batu dan tembaga untuk seni patung, cat lukisan, dan bunyi untuk seni musik, sehingga diperlukan
bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra sebagai karya imajinatif, memiliki
acuan berupa dunia fiksi atau imajinasi. Sastra lahir dari proses kegelisahan
sastrawan atas terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Sastra sering juga
ditempatkan sebagai potret sosial. Sebuah karya sastra berfungsi mengungkapkan
kondisi masyarakat pada masa tertentu. Dengan demikian, karya sastra akan
memancarkan semangat zamannya dan memberi pemahaman yang khas atas situasi
sosial, kepercayaan dan harapan-harapan individu yang sesungguhnya
mempresentasikan kebudayaan bangsanya. Sastra menyajikan dunia dalam kata, yang
bukan dunia sesungguhnya, namun dunia yang “mungkin” ada.
Selain bercirikan keindahan, sebuah
karya sastra haruslah memiliki kegunaan. Dalam hal ini fungsi sastra bagi
manusia, yaitu sebagai kesenangan dan manfaat. Kedua sifat tersebut saling
mengisi. Kesenangan yang diperoleh melalui pembacaan karya sastra bukanlah
kesenangan ragawi, melainkan kesenangan yang lebih tinggi, yaitu kesenangan
kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Sedangkan manfaatnya adalah
keseriusan yang menyenangkan, keseriusan estetis, dan keseriusan persepsi.
Selain itu sastra juga memiliki fungsi katarsis, yaitu membebaskan pembaca dan
penulisnya dari tekanan emosi.
Karya sastra jika dilihat dari
bentuknya dibagi menjadi tiga yaitu, drama, puisi, dan prosa. Menurut Rahmanto (1988: 89-90), drama bukan hanya
pemaparan atau diskusi tentang peristiwa kehidupan yang nyata, tetapi drama
lebih merupakan penciptaan kembali kehidupan nyata seperti pendapat Aristoteles
(dalam Rahmanto,1988: 90) yaitu peniruan gerak yang memanfaatkan unsur-unsur aktivitas
nyata. Bentuk karya sastra yang kedua adalah puisi. Puisi adalah pendramaan
pengalaman yang bersifat penafsiran bahasa berirama (Altenbernd dalam Rahmad
Djoko Pradopo, 2005: 5-6). Kepuitisan sebuah puisi dapat dicapai dengan
bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk visual: tipografi, susunan bait
dengan bunyi: persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, dan lambang rasa
(Rahmad Djoko Pradopo, 2005: 13). Selain drama dan puisi, karya sastra yang
lain adalah prosa. Menurut Burhan
Nurgiyantoro (1994: 2) prosa dalam pengertian
kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text)
atau wacana naratif (narrative discouce). Karya fiksi menyaran pada suatu karya
yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak
ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga perlu dicari kebenarannya pada dunia
nyata. Istilah fiksi sering dipergunakan dalam pertentangannya dengan realitas
yang terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannyapun dapat dibuktikan dengan
data empiris. Ada tidaknya, atau dapat tidaknya sesuatu yang dikemukakan dalam
karya sastra dibuktikan secara empiris antara lain yang membedakan karya fiksi
dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif,
sedang pada karya nonfiksi bersifat faktual.
Menurut Julia Kristeva (1994: 54) bahwa intertekstual
mempunyai prinsip. Prinsip ini berarti bahwa setiap teks sastra dibaca dan
harus dibaca dengan latar belakang teks-teks lain; tidak ada sebuah teks pun
yang sungguh-sungguh mandiri, dalam arti bahwa penciptaan dan pembacaannya
tidak dapat dilakukan tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh, teladan,
kerangka; tidak dalam arti bahwa teks baru hanya meneladan teks lain atau
mematuhi kerangka yang telah diberikan
terlebih dahulu; tetapi dalam arti bahwa dalam penyimpangan dan transformasi
pun model teks yang sudah ada memainkan peranan yang penting; pemberontakan
atau penyimpangan mengandalkan adanya sesuatu yang dapat diberontaki dan
disimpangi. Pemahaman teks baru
memerlukan latar belakang pengetahuan tentang teks-teks yang mendahuluinnya
(Teeuw, 1984: 144).
Prinsip intertekstual yang utama
adalah prinsip memahami dan memberikan makna karya yang bersangkutan. Karya itu
diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari karya-karya yang
lain. Intertekstual lebih dari sekedar pengaruh, ambilan, atau jiplakan,
melainkan bagaimana kita memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam
kontrasnya dengan karya lain yang menjadi hipogramnnya (Burhan Nurgiyantoro, 1994: 54).
Karya sastra memang tidak secara
langsung mendidik pembacanya, namun karya sastra menampilkan citra energetis
yang secara langsung berpengaruh terhadap kualitas emosional, yang kemudian
berpengaruh terhadap kualitas lain, misalnya pendidikan, pengajaran, etika,
budi pekerti, dan sistem norma yang lain. Dalam konteks itulah, mempelajari
sastra suatu bangsa pada hakikatnya tidak berbeda dengan usaha memahami
kebudayaan bangsa yang bersangkutan.
Seiring dengan perkembangan
peradaban dunia, sebuah karya sastra akan memiliki prestise yang semakin dihargai. Dalam hal ini, sebuah karya
sastra akan berada dalam sebuah persaingan yang akan menunjukkan kualitas karya
tersebut. Di sisi lain, masyarakat yang merupakan konsumen sastra akan membaca
serta menelaah karya-karya yang memiliki nilai guna bagi dirinya serta bagi
lingkungannya.
Namun pada kenyataanya, karya
sastra masih jarang dinikmati oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena
masyarakat kurang mengetahui nilai estetis sebuah karya sastra.
Keprihatinan ini menggerakkan kami
untuk mengadakan sebuah acara bernama “Seminar Novel Sepatu Dahlan”, yang
bertemakan “Kemilau Mimpi Anak Bangsa”. Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabhicara merupakan novel pertama dari trilogy novel Sepatu Dahlan yang menggambarkan
fenomena kehidupan kaum bawah. Novel ini menggambarkan gejala-gejala alam
termasuk segala sesuatu yang terjadi dalam masyarakatnya khususnya kehidupan
rakyat kalangan bawah. Tidak hanya menampilkan fenomena alam dan gejala
masyarakat baik berupa tingkat sosial ekonomi, pendidikan, kesehatan, tetapi
novel ini memiliki nilai-nilai historis. Khrisna Pabhicara menuangkan
nilai-nilai historis dalam Sepatu Dahlan secara halus, bagaimana kehidupan kaum
bawah yang berada dibawah tekanan para tokoh politik yang haus akan kekuasaan.
Pengkajian terhadap novel tersebut
dengan menganalisis struktur yang ada dalam novel tersebut serta mencari
nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel tersebut. Sehingga akan
memberikan jawaban permasalahan dan
mempermudah dalam memahami novel Sepatu
Dahlan karya Khrisna Pabhicara sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap
karya sastra.
B.
Nama
Kegiatan
Kegiatan yang akan kami laksanakan
bernama “Seminar Novel Sepatu Dahlan”. Nama tersebut kami ambil atas dasar kegiatan
yang akan kami laksanakan.
C.
Dasar
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan
program belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia sesuai kurikulum
pembelajaran yang telah ditentukan oleh pemerintah.
D.
Tujuan
Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan rasa cinta terhadap pendidikan bagi kalangan pemuda Indonesia dan kepedulian akan masa
depan bangsa Indonesia. Selain itu,
seminar ini juga bertujuan untuk meningkatkan apresiasi karya sastra dan minat
baca siswa.
E.
Tema
Kegiatan
Tema kegiatan ini
adalah “Kemilau
Mimpi Anak Bangsa”.
F.
Sifat
Kegiatan
Sifat kegiatan ini adalah edukatif, kreatif,
inspiratif dan inovatif.
G.
Sasaran
Peserta yang akan mengikuti Seminar
Novel Sepatu Dahlan adalah seluruh siswa kelas XII. IPS-2 SMA Negeri 1 Purworejo dan seluruh
siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Purworejo .
H.
Pembicara
Pembicara dalam “Seminar Novel Sepatu Dahlan” adalah Dr. Ulfah dan Prof. Imas Qurhothul
‘Ainiyah, M. Hum. Keduanya
adalah dosen di Universitas Indonesia. Ulfah adalah dosen pendidikan kedokteran, sedangkan Imas Qurhothul ‘Ainiyah adalah dosen fakultas ilmu budaya.
I.
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
ini akan dilaksanakan pada
hari, tanggal : Selasa, 6 November 2011
pukul : Pukul 10.00-13.15 WIB
bertempat
di Ruang Perpustakaan lantai 2
SMA Negeri 1 Purworejo.
J.
Jadwal
Kegiatan
Jadwal kegiatan terdapat pada halaman
lampiran.
K.
Fasilitas
Kegiatan ini memerlukan berbagai
fasilitas diantaranya adalah sound system, laptop, LCD, kursi dan meja.
L.
Susunan
Panitia
Panitia berasal dari seluruh siswa kelas XII. IPS-2 SMA
Negeri 1 Purworejo. Susunan panitia
terdapat pada halaman lampiran.
M.
Anggaran
Dana
Dana berasal dari kas kelas XII. IPS-2 dan iuran peserta. Rincian dana terdapat
pada halaman lampiran.
N.
Laporan
Pertanggungjawaban
Laporan Pertanggungjawaban atas kegiatan
ini akan diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah kegiatan ini
berlangsung.
O.
Penutup
Demikian proposal ini kami ajukan kepada
Kepala SMA Negeri 1 Purworejo untuk mendapat persetujuan dan pengesahan, dengan harapan semua pihak bisa
mendukung kegiatan ini. Atas persetujuan dan pengesahan dari Kepala SMA Negeri
1 Purworejo,
kami mengucapkan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar