Senin, 05 November 2012

Proposal Seminar


PROPOSAL
SEMINAR  NOVEL
SEPATU DAHLAN

A.    Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti batu dan tembaga untuk seni patung, cat lukisan, dan  bunyi untuk seni musik, sehingga diperlukan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra sebagai karya imajinatif, memiliki acuan berupa dunia fiksi atau imajinasi. Sastra lahir dari proses kegelisahan sastrawan atas terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Sastra sering juga ditempatkan sebagai potret sosial. Sebuah karya sastra berfungsi mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Dengan demikian, karya sastra akan memancarkan semangat zamannya dan memberi pemahaman yang khas atas situasi sosial, kepercayaan dan harapan-harapan individu yang sesungguhnya mempresentasikan kebudayaan bangsanya. Sastra menyajikan dunia dalam kata, yang bukan dunia sesungguhnya, namun dunia yang “mungkin” ada.
Selain bercirikan keindahan, sebuah karya sastra haruslah memiliki kegunaan. Dalam hal ini fungsi sastra bagi manusia, yaitu sebagai kesenangan dan manfaat. Kedua sifat tersebut saling mengisi. Kesenangan yang diperoleh melalui pembacaan karya sastra bukanlah kesenangan ragawi, melainkan kesenangan yang lebih tinggi, yaitu kesenangan kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Sedangkan manfaatnya adalah keseriusan yang menyenangkan, keseriusan estetis, dan keseriusan persepsi. Selain itu sastra juga memiliki fungsi katarsis, yaitu membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi.
Karya sastra jika dilihat dari bentuknya dibagi menjadi tiga yaitu, drama, puisi, dan prosa. Menurut  Rahmanto (1988: 89-90), drama bukan hanya pemaparan atau diskusi tentang peristiwa kehidupan yang nyata, tetapi drama lebih merupakan penciptaan kembali kehidupan nyata seperti pendapat Aristoteles (dalam Rahmanto,1988: 90) yaitu peniruan gerak yang memanfaatkan unsur-unsur aktivitas nyata. Bentuk karya sastra yang kedua adalah puisi. Puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran bahasa berirama (Altenbernd dalam Rahmad Djoko Pradopo, 2005: 5-6). Kepuitisan sebuah puisi dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk visual: tipografi, susunan bait dengan bunyi: persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, dan lambang rasa (Rahmad Djoko Pradopo, 2005: 13). Selain drama dan puisi, karya sastra yang lain adalah prosa. Menurut  Burhan Nurgiyantoro (1994: 2) prosa dalam pengertian  kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discouce). Karya fiksi menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Istilah fiksi sering dipergunakan dalam pertentangannya dengan realitas yang terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannyapun dapat dibuktikan dengan data empiris. Ada tidaknya, atau dapat tidaknya sesuatu yang dikemukakan dalam karya sastra dibuktikan secara empiris antara lain yang membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif, sedang pada karya nonfiksi bersifat faktual.
Menurut  Julia Kristeva (1994: 54) bahwa intertekstual mempunyai prinsip. Prinsip ini berarti bahwa setiap teks sastra dibaca dan harus dibaca dengan latar belakang teks-teks lain; tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-sungguh mandiri, dalam arti bahwa penciptaan dan pembacaannya tidak dapat dilakukan tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh, teladan, kerangka; tidak dalam arti bahwa teks baru hanya meneladan teks lain atau mematuhi kerangka yang  telah diberikan terlebih dahulu; tetapi dalam arti bahwa dalam penyimpangan dan transformasi pun model teks yang sudah ada memainkan peranan yang penting; pemberontakan atau penyimpangan mengandalkan adanya sesuatu yang dapat diberontaki dan disimpangi.  Pemahaman teks baru memerlukan latar belakang pengetahuan tentang teks-teks yang mendahuluinnya (Teeuw, 1984: 144).
Prinsip intertekstual yang utama adalah prinsip memahami dan memberikan makna karya yang bersangkutan. Karya itu diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari karya-karya yang lain. Intertekstual lebih dari sekedar pengaruh, ambilan, atau jiplakan, melainkan bagaimana kita memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya lain yang menjadi hipogramnnya (Burhan  Nurgiyantoro, 1994: 54).
Karya sastra memang tidak secara langsung mendidik pembacanya, namun karya sastra menampilkan citra energetis yang secara langsung berpengaruh terhadap kualitas emosional, yang kemudian berpengaruh terhadap kualitas lain, misalnya pendidikan, pengajaran, etika, budi pekerti, dan sistem norma yang lain. Dalam konteks itulah, mempelajari sastra suatu bangsa pada hakikatnya tidak berbeda dengan usaha memahami kebudayaan bangsa yang bersangkutan.
Seiring dengan perkembangan peradaban dunia, sebuah karya sastra akan memiliki prestise yang  semakin dihargai. Dalam hal ini, sebuah karya sastra akan berada dalam sebuah persaingan yang akan menunjukkan kualitas karya tersebut. Di sisi lain, masyarakat yang merupakan konsumen sastra akan membaca serta menelaah karya-karya yang memiliki nilai guna bagi dirinya serta bagi lingkungannya.
Namun pada kenyataanya, karya sastra masih jarang dinikmati oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena masyarakat kurang mengetahui nilai estetis sebuah karya sastra.
Keprihatinan ini menggerakkan kami untuk mengadakan sebuah acara bernama “Seminar Novel Sepatu Dahlan”, yang bertemakan “Kemilau Mimpi Anak Bangsa”. Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabhicara merupakan novel pertama dari trilogy novel Sepatu Dahlan yang menggambarkan fenomena kehidupan kaum bawah. Novel ini menggambarkan gejala-gejala alam termasuk segala sesuatu yang terjadi dalam masyarakatnya khususnya kehidupan rakyat kalangan bawah. Tidak hanya menampilkan fenomena alam dan gejala masyarakat baik berupa tingkat sosial ekonomi, pendidikan, kesehatan, tetapi novel ini memiliki nilai-nilai historis. Khrisna Pabhicara menuangkan nilai-nilai historis dalam Sepatu Dahlan secara halus, bagaimana kehidupan kaum bawah yang berada dibawah tekanan para tokoh politik yang haus akan kekuasaan.
Pengkajian terhadap novel tersebut dengan menganalisis struktur yang ada dalam novel tersebut serta mencari nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel tersebut. Sehingga akan memberikan jawaban permasalahan  dan mempermudah dalam memahami  novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabhicara sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap karya sastra.
B.     Nama Kegiatan
Kegiatan yang akan kami laksanakan bernama “Seminar Novel Sepatu Dahlan”.  Nama tersebut kami ambil atas dasar kegiatan yang akan kami laksanakan.

C.    Dasar Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan program belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia sesuai kurikulum pembelajaran yang telah ditentukan oleh pemerintah.

D.    Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan rasa cinta terhadap pendidikan bagi kalangan pemuda Indonesia dan kepedulian akan masa depan bangsa Indonesia. Selain itu, seminar ini juga bertujuan untuk meningkatkan apresiasi karya sastra dan minat baca siswa.

E.     Tema Kegiatan
Tema kegiatan ini adalah “Kemilau Mimpi Anak Bangsa”.

F.     Sifat Kegiatan
Sifat kegiatan ini adalah edukatif, kreatif, inspiratif dan inovatif.

G.    Sasaran
Peserta yang akan mengikuti Seminar Novel Sepatu Dahlan adalah seluruh siswa kelas XII. IPS-2 SMA Negeri 1 Purworejo dan seluruh siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Purworejo .

H.    Pembicara
Pembicara dalam “Seminar Novel Sepatu Dahlan” adalah Dr. Ulfah dan Prof. Imas Qurhothul ‘Ainiyah, M. Hum. Keduanya adalah dosen di Universitas Indonesia. Ulfah adalah dosen pendidikan kedokteran, sedangkan Imas Qurhothul ‘Ainiyah adalah dosen fakultas ilmu budaya.

I.       Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada
hari, tanggal          : Selasa, 6 November 2011
pukul                     : Pukul 10.00-13.15 WIB
bertempat di Ruang Perpustakaan lantai 2 SMA Negeri 1 Purworejo.

J.      Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan terdapat pada halaman lampiran.

K.    Fasilitas
Kegiatan ini memerlukan berbagai fasilitas diantaranya adalah sound system, laptop, LCD, kursi dan meja.

L.     Susunan Panitia
Panitia berasal dari seluruh siswa kelas XII. IPS-2 SMA Negeri 1 Purworejo. Susunan panitia terdapat pada halaman lampiran.

M.   Anggaran Dana
Dana berasal dari kas kelas XII. IPS-2 dan iuran peserta. Rincian dana terdapat pada halaman lampiran.

N.    Laporan Pertanggungjawaban
Laporan Pertanggungjawaban atas kegiatan ini akan diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah kegiatan ini berlangsung.

O.    Penutup
Demikian proposal ini kami ajukan kepada Kepala SMA Negeri 1 Purworejo untuk mendapat persetujuan dan pengesahan, dengan harapan semua pihak bisa mendukung kegiatan ini. Atas persetujuan dan pengesahan dari Kepala SMA Negeri 1 Purworejo, kami mengucapkan terima kasih.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar